valseachn


Modal nekad Jean akhirnya membuahkan hasil. Kini dirinya sudah berada di kediaman sang kekasih, Kia. Alasan Jean melakukan hal ini adalah karena dirinya cemburu pada Kia. Ia takut kehilangan Kia, maka ia putuskan untuk pergi dan menghampiri Kia.

Ale bilang, Kia belum tiba di rumah. Mungkin sedang dalam perjalan katanya. Terpaksa, Jean harus menunggu sampai sang kekasih itu tiba. Pukul 21.21, bugatti itu tiba. Dapat ditebak, di dalamnya ada Kia. Benar saja, Kia keluar dari mobil itu dengan wajah tersenyum dan membuat Jean sedikit.. cemburu.

“BABE” katanya sambil berlari memeluk sang kekasih.

“Kok balik?”

“Jangan pergi”

“Puk puk.. enggak. Aku gak pergi kemana mana kok”

“Dia siapa?”

“Oh, kenalan aku.” Sengaja Kia tidak memberi tahukan identitas asli pada Jean.

“Sup bro” sapanya.

Yang disapa hanya tersenyum paksa.

“Gua duluan ya Ki. Bye.” Bugatti itu pergi meninggalkan kediaman itu.

“Kamu pulang gini papa kamu gimana?”

“Mau nginep”

“Papa kamu?”

“Mau nginep.” Terlihat, manjanya seorang Jean kini telah on.

“Iya nginep iya. Ayo masuk”



“Eh lo kenapa Ki?” tanya Fani penasaran.

“Huft”

“Kenapa anjir? Malah nafas”

“Jean camping, malmingnya jadi batal”

“Oh lo sedih karena batal?” tanya Kenzie memastikan.

“Bukan”

“Terus? Karena lo gak diajak?” Yang ditanya hanya menganggut.

“Ada Riri,” timpalnya.

“HAH”

“Jangan kenceng kenceng njir”

“Kok bisa?” tanya Fani.

“Bapaknya dibantu sama bapaknya Riri, jadi ya.. balas budi.. I guess

“Sumpa ya Ki, lo harus jaga Jean. Kalo dari cerita cerita yang gua baca di twitter, biasanya anaknya malah dijodohin” timpal Kenzie.

“Fiksi ye mbak,” ledek Fani.

“Serius. Lo harus jaga Jean. Harus”

“Iya.. Jean bilang juga bakal kasih perhatiannya ke gua doang”

“Jangan karena lo udah pacaran sama Jean 3 tahun, lo percaya sama kata kata begituan. Kita gak bakal tahu cowo tuh nantinya gimana. Orang yang udah nikah aja masih suka nyari yang lain. Apalagi ini, Jean fansnya banyak”

“Nah bener tuh. Apa lagi modelan yang mau deketin Jean kayak Riri. Duh, hati hati dah”

“Iyaa”

“Btw, gua rasa si Riri gila dah,” julid Fani.

“Kenapa tuh?” tanya Kenzie penasaran.

“Ya gila aja. Anak kecil aja juga bakal tahu dia gila”

“Parah banget. Tapi emang sih”

“Lo mau ikutan julid apa gimana sayang?”



“Eh lo kenapa Ki?” tanya Fani penasaran.

“Huft”

“Kenapa anjir? Malah nafas”

“Jean camping, malmingnya jadi batal”

“Oh lo sedih karena batal?” tanya Kenzie memastikan.

“Bukan”

“Terus? Karena lo gak diajak?” Yang ditanya hanya menganggut.

“Ada Riri,” timpalnya.

“HAH”

“Jangan kenceng kenceng njir”

“Kok bisa?” tanya Fani.

“Bapaknya dibantu sama bapaknya Riri, jadi ya.. balas budi.. I guess”

“Sumpa ya Ki, lo harus jaga Jean. Kalo dari cerita cerita yang gua baca di twitter, biasanya anaknya malah dijodohin” timpal Kenzie.

“Fiksi ye mbak,” ledek Fani.

“Serius. Lo harus jaga Jean. Harus”

“Iya.. Jean bilang juga bakal kasih perhatiannya ke gua doang”

“Jangan karena lo udah pacaran sama Jean 3 tahun, lo percaya sama kata kata begituan. Kita gak bakal tahu cowo tuh nantinya gimana. Orang yang udah nikah aja masih suka nyari yang lain. Apalagi ini, Jean fansnya banyak”

“Nah bener tuh. Apa lagi modelan yang mau deketin Jean kayak Riri. Duh, hati hati dah”

“Iyaa”

“Btw, gua rasa si Riri gila dah,” julid Fani.

“Kenapa tuh?” tanya Kenzie penasaran.

“Ya gila aja. Anak kecil aja juga bakal tahu dia gila”

“Parah banget. Tapi emang sih”

“Lo mau ikutan julid apa gimana sayang?”



Sabtu, pukul 7.24

“Jean. Ayo!” tarik Riri. Riri begitu excited hari ini, namun tidak untuk Jean, Arka, dan mamanya.

“Jean duduk di belakang aja sama aku”

“Abang gua bukan supir,” bales Jean. Ia langsung masuk dan duduk di kursi depan bersama dengan Arka, sedangkan Riri duduk di kursi belakang sendiri.

Sebelum berangkat, sang ayah meminta pada Arka untuk mampir sebentar ke rumah Kia. Ia merasa bersalah pada kekasih anaknya ini.


Tintong

“Iya sebentar.” Jelas, itu suara Kia.

“Lho? Tumben?”

“Maaf, papa mendadak ngajak camping”

It's okay. Have fun yaa

“Sarapan buat kamu. Dimakan”

“Iya”

“KIAA!” teriak seorang gadis dari dalam mobil. Tidak lain tidak bukan, dia adalah Riri.

“Sama dia..?”

“Ya.. My dad

Alright. Tapi patuhi janjimu sama aku”

“Iya.” Jean memeluk tubuh sang kekasih. Jujur, ia merasa sedih harus membatalkan semua aktivitas yang telah direncanakan. Namun mau bagaimana lagi? Jean harus patuh pada orang tua yakan?



“Maaf ya nak,” ujar sang ibu begitu anak bungsunya tiba di rumah.

“Papa mana? Katanya mau ngomong 4 mata”

“Langsung ke ruang kerja aja,” sahut Arka yang sibuk memainkan handphonenya.

Jean melangkah perlahan, menaiki anak tangga yang tergolong cukup banyak. Dirinya takut. Apa yang akan ayahnya ini sampaikan?

Toktok

“Masuk.” Satu kata yang diucapkan membuat Jean kembali melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam ruangan yang bernuansa abu – abu.

“Kenapa?”

“Saham papa udah membaik. Papa dibantu oleh seseorang”

“Syukurlah”

“Orang yang membantu papa ini adalah ayahnya Riri, anak yang sering main ke rumah”

Deg. Jean tahu ke mana arah perbincangan ini selanjutnya.

“Papa minta kamu berteman sama dia ya? Ajak dia ke dalam circlemu. Perlakukan dia sebagaimana mestinya”

“Papa nyuruh buat ajak Riri masuk circleku, terus perasaan yang lain gimana? Mereka gak bisa terima gitu aja. Apalagi atas sikapnya selama ini”

“Maka kamu harus yakinkan temanmu. Papa gak minta kamu pacarin dia. Cukup kamu ajak berteman saja”

“Gimana kalau tingkahnya makin menjadi?”

“Itu urusan kamu”

“Ya papa gak bisa gitu dong. Nyuruh anaknya, nanti kalau kenapa kenapa di tengah jalan malah lepas tangan”

“Tolong ya Jean. Papa kan cuma minta hal sederhana ini. Memangnya kamu mau nanti mama sama papa bertengkar lagi?”

Seketika hening. Jean tidak mau berhubungan dengan Riri atas segala tindakan yang dilakukan, namun ia juga tidak mau keluarganya hancur seperti kemarin.

“Kalau kamu mau kita kayak kemarin gapapa. Papa-”

“Ya ntar dicoba”

Pasrah, Jean benar – benar pasrah. Tidak ada jalan keluar lain selain ini. Entah apa yang akan dirinya katakan pada teman – temannya nanti, tapi pasti mereka akan kecewa pada Jean karena telah menuruti ide gila sang ayah.



Maaf ya nak,” ujar sang ibu begitu anak bungsunya tiba di rumah.

“Papa mana? Katanya mau ngomong 4 mata”

“Langsung ke ruang kerja aja,” sahut Arka yang sibuk memainkan handphonenya.

Jean melangkah perlahan, menaiki anak tangga yang tergolong cukup banyak. Dirinya takut. Apa yang akan ayahnya ini sampaikan?

Toktok

“Masuk.” Satu kata yang diucapkan membuat Jean kembali melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam ruangan yang bernuansa abu – abu.

“Kenapa?”

“Saham papa udah membaik. Papa dibantu oleh seseorang”

“Syukurlah”

“Orang yang membantu papa ini adalah ayahnya Riri, anak yang sering main ke rumah”

Deg. Jean tahu ke mana arah perbincangan ini selanjutnya.

“Papa minta kamu berteman sama dia ya? Ajak dia ke dalam circlemu. Perlakukan dia sebagaimana mestinya”

“Papa nyuruh buat ajak Riri masuk circleku, terus perasaan yang lain gimana? Mereka gak bisa terima gitu aja. Apalagi atas sikapnya selama ini”

“Maka kamu harus yakinkan temanmu. Papa gak minta kamu pacarin dia. Cukup kamu ajak berteman saja”

“Gimana kalau tingkahnya makin menjadi?”

“Itu urusan kamu”

“Ya papa gak bisa gitu dong. Nyuruh anaknya, nanti kalau kenapa kenapa di tengah jalan malah lepas tangan”

“Tolong ya Jean. Papa kan cuma minta hal sederhana ini. Memangnya kamu mau nanti mama sama papa bertengkar lagi?”

Seketika hening. Jean tidak mau berhubungan dengan Riri atas segala tindakan yang dilakukan, namun ia juga tidak mau keluarganya hancur seperti kemarin.

“Kalau kamu mau kita kayak kemarin gapapa. Papa-”

“Ya ntar dicoba”

Pasrah, Jean benar – benar pasrah. Tidak ada jalan keluar lain selain ini. Entah apa yang akan dirinya katakan pada teman – temannya nanti, tapi pasti mereka akan kecewa pada Jean karena telah menuruti ide gila sang ayah.



06.30, terpantau pasangan favorit sekolah belum hadir. 06.40, masih sama. Semua teman- temannya menunggu di gerbang masuk karena tidak seperti biasanya keduanya terlambat.

“Si Kia tumben tumbennya,” ujar Fani.

“Jean jemput telat mungkin,” balas Rehan.

06.41, terpantau kedua pasangan ini sedang berlari tergesa – gesa.

“Eits, tumben dianter? Pakai mobil lagi,” tanya Harsa.

“Mogok?” timpal Javie.

“Bensin abis,” jawab Jean.

“Udah uda, ayo masuk. Mau bel,” ujar Fani. Keduanya berpisah di pintu gerbang. Kia pergi ke barat bersama temannya, sedangkan Jean pergi ke timur bersama temannya.

“Jean!” semuanya melirik ke arah suara tersebut, termasuk Kia. Mereka mendapati ada Riri di sana dengan 1 kotak bekal di tangannya.

“Ini buat sarapan kamu,” katanya. Jean terdiam tidak merespon. Selain karena ketidaksukaan Jean pada Riri, Jean juga sudah sarapan. Bekal itu akan sia – sia nantinya.

“Udah sarapan”

“Yah. Yaudah deh diterima aja, bisa buat makan siang”

“No thanks”

“Ayo diterima.” Riri meminta Jean membuka tangannya lalu dia taruh bekal tersebut di atasnya.

“Dimakan ya dan semangat menjalani harinya.” Spontan, Riri memeluk Jean. Jean terdiam seperti patung, tidak menyangka dirinya akan dipeluk perempuan lain selain keluarganya dan pacarnya.

PLAK

“Tau malu lo anjing,” ujar Kenzie.

“Sakit Kenzie.. Gak boleh tahu nampar orang”

“Gua gak bakal bertindak kalo lo gak kelewatan batas”

“Tapi..”

“Gua serius. Gak usah bawa alasan mau temenan sama Jean”

“Lo mau temenan sama dia tapi lo gak mau temenan sama temen temennyatuh maksudnya gimana dah? Mau rebut Jean dari Kia? HAH?”

“A-aku g-gak k-k-kenal m-mereka.. j-j-jadi a-aku..”

“Cukup. Basi alasan lo. Lo mau temenan sama Jean gak masalah, asal lo tahu cara perlakuin seorang temantuh gimana. Selama ini, lo gak memperlakukan Jean layaknya temen lo. Lo memperlakukan dia seolah olah.. lo pacarnya,” timpal Kia.

Kenzie mengambil kotak makan yang dipegang Jean lalu memberikannya kembali pada Riri.

“Ambil. Dia udah sarapan”

“Satu lagi, lo harus belajar cara memperlakukan temantuh gimana. Baru lo bisa dikatakan sebagai teman dia”

Semuanya hendak pergi, kecuali Kia. Ia masih memperhatikan Riri yang duduk terdiam.

“Ayo masuk”

“Gua baik sama lo karena gua care sama anggota kelas. Lo anggota kelas gua, jadi ini udah jadi kewajiban gua buat care sama lo”

“Buruan, ato gua tinggal?”



Entah apa yang terjadi barusan, namun Kia berusaha untuk tidak kepo. Ini adalah masalah keluarga Jean, biarkanlah Jean dan keluarga yang menyelesaikan masalah ini.


“KAK COWO LO” teriak Ale. Kia yang mendengar teriakan sang adik bergegas turun.

“Jean? You good?” Jean tidak merespon apapun. Ia memeluk tubuh Kia dengan sangat erat dan mencurahkan semua air matanya di pundak sang kekasih.

It's okay. Keluarin aja semuanya”

Jeano Rajendra, sosok yang Kia kenal sebagai orang yang paling kuat setelah mamanya kini menangis dalam pelukannya.

“Le, ambilin air dong” pinta Kia halus. Ale pun tidak bisa menolak. Ia merasa iba dengan Jean.

“Minum dulu, biar lega” Jean pun mengambil gelas tersebut dan meneguknya.

“Mama papa berantem. Saham papa turun” Kia mengerti. Sejak kecil, Jean selalu takut jika kedua orang tuanya bertengkar. Ia ingin menangis tapi ia harus kuat seperti kakaknya, Arka.

“Kadang kala, menangis baik. Jangan ditahan. Kamu udah terlalu banyak naham air mata kamu sejak kecil” ujarnya sambil memeluk tubuh kekar lekaki tersebut.

“Le, beresin kamar lo gih. Jean tidur kamar lo dulu hari ini”

“Boleh main?”

“Gua geplak lo main malem malem. Besok aja”



Entah apa yang terjadi barusan, namun Kia berusaha untuk tidak kepo. Ini adalah masalah keluarga Jean, biarkanlah Jean dan keluarga yang menyelesaikan masalah ini.


“KAK COWO LO” teriak Ale. Kia yang mendengar teriakan sang adik bergegas turun.

“Jean? You good?” Jean tidak merespon apapun. Ia memeluk tubuh Kia dengan sangat erat dan mencurahkan semua air matanya di pundak sang kekasih.

It's okay. Keluarin aja semuanya”

Jeano Rajendra, sosok yang Kia kenal sebagai orang yang paling kuat setelah mamanya kini menangis dalam pelukannya.

“Le, ambilin air dong” pinta Kia halus. Ale pun tidak bisa menolak. Ia merasa iba dengan Jean.

“Minum dulu, biar lega” Jean pun mengambil gelas tersebut dan meneguknya.

“Mama papa berantem. Saham papa turun” Kia mengerti. Sejak kecil, Jean selalu takut jika kedua orang tuanya bertengkar. Ia ingin menangis tapi ia harus kuat seperti kakaknya, Arka.

“Kadang kala, menangis baik. Jangan ditahan. Kamu udah terlalu banyak naham air mata kamu sejak kecil” ujarnya sambil memeluk tubuh kekar lekaki tersebut.

“Le, beresin kamar lo gih. Jean tidur kamar lo dulu hari ini”

“Boleh main?”

“Gua geplak lo main malem malem. Besok aja”

#Between Us


Entah apa yang terjadi barusan, namun Kia berusaha untuk tidak kepo. Ini adalah masalah keluarga Jean, biarkanlah Jean dan keluarga yang menyelesaikan masalah ini.


“KAK COWO LO” teriak Ale. Kia ga g mendengar teriak sang adik bergegas turun.

“Jean? You good?” Jean tidak merespon apapun. Ia memeluk tubuh Kia dengan sangat erat dan mencurahkan semua air matanya di pundak sang kekasih.

It's okay. Keluarin aja semuanya”

Jeano Rajendra, sosok yang Kia kenal sebagai orang yang paling kuat setelah mamanya kini menangis dalam pelukannya.

“Le, ambilin air dong” pinta Kia halus. Ale pun tidak bisa menolak. Ia merasa iba dengan Jean.

“Minum dulu, biar lega” Jean pun mengambil gelas tersebut dan meneguknya.

“Mama papa berantem. Saham papa turun” Kia mengerti. Sejak kecil, Jean selalu takut jika kedua orang tuanya bertengkar. Ia ingin menangis tapi ia harus kuat seperti kakaknya, Arka.

“Kadang kala, menangis baik. Jangan ditahan. Kamu udah terlalu banyak naham air mata kamu sejak kecil” ujarnya sambil memeluk tubuh kekar lekaki tersebut.

“Le, beresin kamar lo gih. Jean tidur kamar lo dulu hari ini”

“Boleh main?”

“Gua geplak lo main malem malem. Besok aja”