Between Us


“Maaf ya nak,” ujar sang ibu begitu anak bungsunya tiba di rumah.

“Papa mana? Katanya mau ngomong 4 mata”

“Langsung ke ruang kerja aja,” sahut Arka yang sibuk memainkan handphonenya.

Jean melangkah perlahan, menaiki anak tangga yang tergolong cukup banyak. Dirinya takut. Apa yang akan ayahnya ini sampaikan?

Toktok

“Masuk.” Satu kata yang diucapkan membuat Jean kembali melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam ruangan yang bernuansa abu – abu.

“Kenapa?”

“Saham papa udah membaik. Papa dibantu oleh seseorang”

“Syukurlah”

“Orang yang membantu papa ini adalah ayahnya Riri, anak yang sering main ke rumah”

Deg. Jean tahu ke mana arah perbincangan ini selanjutnya.

“Papa minta kamu berteman sama dia ya? Ajak dia ke dalam circlemu. Perlakukan dia sebagaimana mestinya”

“Papa nyuruh buat ajak Riri masuk circleku, terus perasaan yang lain gimana? Mereka gak bisa terima gitu aja. Apalagi atas sikapnya selama ini”

“Maka kamu harus yakinkan temanmu. Papa gak minta kamu pacarin dia. Cukup kamu ajak berteman saja”

“Gimana kalau tingkahnya makin menjadi?”

“Itu urusan kamu”

“Ya papa gak bisa gitu dong. Nyuruh anaknya, nanti kalau kenapa kenapa di tengah jalan malah lepas tangan”

“Tolong ya Jean. Papa kan cuma minta hal sederhana ini. Memangnya kamu mau nanti mama sama papa bertengkar lagi?”

Seketika hening. Jean tidak mau berhubungan dengan Riri atas segala tindakan yang dilakukan, namun ia juga tidak mau keluarganya hancur seperti kemarin.

“Kalau kamu mau kita kayak kemarin gapapa. Papa-”

“Ya ntar dicoba”

Pasrah, Jean benar – benar pasrah. Tidak ada jalan keluar lain selain ini. Entah apa yang akan dirinya katakan pada teman – temannya nanti, tapi pasti mereka akan kecewa pada Jean karena telah menuruti ide gila sang ayah.