valseachn

🍂


Setelah menunggu kurang lebih satu jam, Raja datang dan menghiburnya.

“Lo gapapa?”

“Gap-”

“Gua takut lo kenapa kenapa lagi Ra.”

Dirinya di peluk dan dielus dengan sangat hangat oleh sang kekasih. Raja, dirinya sangat menyayangi Sierra.


“Kok bisa?”

“Valen pacarnya Winan. Winan gak terima terus nyuruh anak buahnya buat mukulin gua.”

“Cupu banget tuh orang nyuruh nyuruh.”

“Haha money can do anything.“

“Lo akhir akhir ini selalu ditindas. Lo gak sedih Ra?”

“Sedih mah pasti, tapi gua bisa apa? Mungkin Tuhan mau nya gua ditindas sama mereka.”

“Tapi lo berhak bahagia.”

“Gak cuma gua, semua orang berhak bahagia. Nyokap gua berhak bahagai, gua berhak bahagia, lo, kakak gua, semua berhak.”

“Nih coklatnya diminum dulu,” ujarnya di tengah perbincangan.

“Lo takut gak Ra? Lo selalu di marahin bokap lo, bahkan dibentak, terus sekarang lo babak belur gini.”

“Kalau lawan gua satu jelas gua gak takut. Tapu tadi, gua beneran takut. Tujuh banding satu, mana badannya bongsor bongsor semua.”

“Lo takut gak sama bokap lo?”

“Takut, dari dulu malah. Sejak kecil emang gua selalu digituin sama bokap, jadi sejak kecil gua udah ada trauma ini. Rasanya pengen loncat aja dari tepi jembatan.”

“Tapi?”

“Tapi nyokap gua gimana? Gua sayang banget sama nyokap dan gua mau nyokap gua bahagia. Gua mikir, kalau gua gak ada, nyokap gua gimana?”

“Itu jadi harapan lo?”

“Iya. Makanya gua nurut sama nyokap. Nyokap nyuruh gua lanjut kuliah, gua lanjut. Nyokap gua nyuruh gua ikutin kemauan bokap, gua nurut.”

“Ini kenapa jadi deep talk sih? Kenapa lo?”

“Gapapa, pengen aja.”

“Ck. Lo sendiri, takut apa?”

“Takut lo luka.”

“Luka itu wajar, Ja. Setiap orang pasti pernah terluka. Bedanya, luka yang didapat beda beda, ada yang batin ada yang fisik.”

“Lo udah terlalu banyak disakitin, Ra.”

“Next, harapan lo?”

“Gua selamanya bareng sama lo.”

“Harapan lo alay ah, skip.”

“Dih ngambek anjir.”

“Lagian lagi serius seriusnya.”

“Dengan gua bareng sama lo, gua bisa ngelindungin lo, Ra.”

“Ya.”

Sierra berdiri dan pindah ke atas kasurnya.

“Dih gua ditinggal disini sendirian?”

“Ya sini masuk, disitu dingin.”

Raja berjalan menghampiri Sierra dan duduk di tepi ranjangnya.

“Geser.”

“Apasih anjir. Lo duduk di bawah aja. Gua mau tidur.”

“Geser dulu.”

“Ngapa sih ngab?”

Raja memeluknya, lagi.

“Love you.”

“Too.”


🍂


“SIERRA! BANGUN SIER! GILA LO AH. BANGUN ANJING!!”

Kini Sierra telah berada di klinik terdekat untuk diobati. Atas jasa Juan, Sierra masih bisa diselamatkan.

Tiga puluh menit kemudian, Sierra membuka matanya.

“Anjing,” umpatnya.

“Ah babi lo Sier! Bangun bangun malah ngomong anjing. Panik gua. Kalau lo mati gimana?”

“Mulut lo gua sumpel pake sendal.”

“Lo gapapa? Kok bisa babak belur gini? Mana pingsan lagi.”

“Dikroyok.”

“Biasanya lo lawan 100 orang juga mampu Sier, kok?”

“Tau tuh anak buahnya si Winan.”

“Winan? Winan siapa?”

“Cowonya Valen.”

“Lo kenal Winan?”

“Kenal. Dia yang mau dijodohin sama gua. Tapi orangnya keburu suka sama Valen, jadi ya batal.”

“Oh. Yaudah ah ayo pulang, gua anter. Bisa jalan gak lo?”

“Santai anjir.”

“Santai santai pala lo. Gua jedotin mampus lo.”


🍂


“Valen!”

“Lo gak papa?” tanya Winan khawatir.

“Gapapa. Tapi Sierra kenapa bisa disini sama gua?” tanya Valen.

Bugh

“Itu anak buah lo?”

“Iya. Biarin aja. Hukuman buat dia karena udah ngelukain lo. Ayo balik.”

“Ditinggal aja? Seru lho.”

“Tinggal aja, biarin aja si Sierra sekarat disini. Biar cepet ilang juga dari dunia.”

Kedua pasangan itu pergi meninggalkan 7 anak buah beserta Sierra.

Sierra yang kewalahan menghadapi mereka bertujuh karena kekuatannya jauh lebih besar darinya akhirnya menyerah dan jatuh. Wajahnya penuh dengan luka dan darah yang terus mengalir.

“Cabut.”

Rombongan itu meninggalkan Sierra sendiri. Dengan tenaga yang tersisa, Sierra berusaha meraih tasnya untuk mengambil handphonenya dan mengabari pacarnya untuk menolongnya. Namun, dirinya tidak sanggup hingga pada akhirnya dirinya pingsan.


🍂


“Lo gapapa masuk sendiri? Jo belum pulang.”

“Gapapa. Lo pergi gih, keniru bokap gua keluar malah lo yang dipukulin.”

“Serius lo gapapa?”

“Gapapa anjir. Sana sana.”

“Lo masuk dulu baru gua pergi.”

“Lo gak bakal pergi kalau gitu. Lo yang pergi baru gua masuk.”

“MASS!!“

“CEPET ITU NYOKAP GUA UDAH DIAPA APAIN SAMA BOKAP GUA!”

“Iya iya. Lo hati hati ya Ra.”

“Iya.”

“Love you. Bye.”

Kecupan di dahi dan salam itu mengakhiri perjumpaan mereka kali ini.

Setelah Sierra memastikan Raja benar benar pergi, ia segera berlari dan masuk ke dalam rumah. Benar saja, sang ibu kini terdampar di lantai dengan beberapa bekas luka yang begitu menyakitkan untuk dilihat.

PLAK

“KARENA KAMU SAYA KEHILANGAN SUMBER MODAL SAYA!”

“Maksudnya?”

“WINAN BATALKAN PERJODOHAN ITU. LIHAT! INI SEMUA SALAH KAMU! KALAU SEJAK DULU KAMU SETUJU, INI SEMUA TIDAK AKAN TERJADI.”

“Ayah lebih milih harta dari pada aku? JADI AYAH JUAL AKU??”

“JAWAB YAH!”

“Ya.”

“Kenapa? Aku darah daging ayah.. aku anak perempuan ayah satu satunya.”

“Karena saya tidak suka perempuan.”

“Lalu mengapa ayah menikahi bunda? KENAPA? KATANYA BENCI.”

“Si..Sierra.. u..udah nak..” rintih sang ibunda.

“Terserah ayah, Sierra gak peduli.”

Ia pun menggendong sang ibu san menuntunnya pergi ke kamarnya. Namun, sang ayah secara kasar menarik baju anaknya dan mendorong sang ibu.

BUGH

“Ah, darah lagi,” ujar Sierra.

BUGH

Untuk pertama kalinya, Sierra berani melawan sang ayah dengan kekuatannya. Ayahnya sudah kelewatan batas dan harus diberi pelajaran yang setimpal.


🍂


“Duduk.”

“Dih gausah. Gua gapapa.”

“Pipi lo lebam, idung lo berdarah. Terus lo bilang gapapa? Waras lo?”

“Mending mikirin rencana berikutnya buat nyingkirin Sierra.”

“Lo lebih pentinh. Duduk, gua obatin.”

Valen tidak bergeming.

“Nanti infeksi, Valencia.”

“Iye bawel banget.”

Valen duduk tepat di sebelah Winan dengan jarak sekitar 5 cm.

Winan mengobatinya dengan hati hati. Sesekali Valen menjerit kesakitan karena perih, namun Winan selalu menenangkannya.

“Dah. Gua ambil minum dulu bentar.”

Winan mengambil 2 gelas air putih, satu untuk dirinya dan satunya untuk Valen.

“Makasih.”

“Masih sakit?”

“Mendingan.”

“Mulai sekarang lo jangan macem macem deh sama Sierra, serahin semua ke gua.”

“Ogah. Gua masih sanggup.”

“Nanti lo luka.”

“Ya namanya proses, pasti ada yang namanya luka.”

“Kasihan lo.”

“Jangan dikasihanin, support aja.”

“Gua gak mau lo luka, Len.”

“Lo kenapa deh? Tiba tiba? Lo mau stop nyingkirin Sierra?”

“Bukan gitu.”

“Kalo lo mau stop yaudah stop aja sendiri. Gua bisa lakuin sendiri.”

“Dengerin gua dulu,” ujar Winan sambil menggenggam tangan Valen.

“Apa?”

“Gua sayang sama lo. Gua gak mau lo luka.”

“Apasih anjir basi. Gua pulang.”

Valen yang sudah berdiri itu ditahan oleh Winan.

“Apasih Win?”

“Gua harus buktiin apa kalo gua sayang sama lo?”

Diam, tidak ada balasan sama sekali.

Cup

Satu kecupan mendarat tepat di bibir Valen.

“Kurang?”

“Winan!”

“Stop ya Len? Gua bakal maju hadepin Sierra dan lindungin lo semampu gua.”


🍂


Ditengah kemesraan itu, sang ayah datang dengan membantinh pintu depan begitu kerasnya.

Semuapun terkejut. Segera, Jo yang sedang di lantai 2 turun ke bawah dan sang ibu yang sedang memasak segera pergi ke ruang tengah.

Ayahnya menarik kerah Raja dan menamparnya.

Plak

“Sudah saya katakan, JAUHI ANAK SAYA! DIA TIDAK PANTAS BERSAMA KAMU!”

“KARENA KAMU ANAK PEREMPUAN SAYA TERLUKA UNTUK KEDUA KALINYA!”

“Iya om saya lalai, saya sadar. Maaf.”

Plak

“AYAH! STOP!”

“Ini bukan salah Raja. Raja hari ini gak ada jadwal ke kampus. Wajar kalo dia gak ada di samping Sierra.”

“Kamu jangan membela!”

“Kenapa ayah gak nyalahin bang Jo juga? Bang Jo juga gak ada di samping aku.”

Plak

“KAMU INI ANAK TIDAK TAHU DIRI! BERANINYA MENYURUH ABANGMU SAJA!”

“Lagi pula kenapa ayah tiba tiba peduli sama aku? Selama ini bukannya ayah menutup mata?”

“Jaga ucapan kamu Sierra.”

“Udah yah udah. Naik yah, naik,” pinta Jo. Segera sang ayah menurutinya.

Sierra terkapar di lantai dengan air mata yang terus keluar dan membasahi pipinya.

“Maafin bunda nak. Maafin bunda. Maafin bunda belum bisa melindungimu,” ujarnya sambil memeluk Sierra yang terduduk di lantai. Disusul oleh Raja dan Jo yang ikut memeluk Sierra dan memberikan kekuatan padanya.


🍂


Raja tidak akan membiarkan pacarnya ini pulang sendiri, sehingga ia memutuskan untuk pergi ke kampus demi menjemput Sierra.

“Ra!”

“Lo.. beneran?”

“Gapapa. Lo ngapain? Kan gua sama Juan.”

“Lo sama gua. Ayo.”

Setibanya di rumah, kedatang Sierra disambut hangat oleh sang ibu dan abang.

“Sierra...” panggil sang ibu lesu. Air mata perlahan mulai jatuh karena dirinya tahu Sierra telah mendapat cobaan yang begitu mengerikan selama ini.

“Gak boleh nangis. Simpen air matanya bun. Bunda cuma boleh nangis pas Sierra udah jadi sarjana.”

“Dah lo ganti dulu, gua biar sama nyokap disini,” ujar Jo.

Usai berganti pakaian, dirinya duduk di sofa sambil menonton netflix di tv nya bersama dengan Raja.

“Gua sayang banget sama lo Ra. Lo kuat banget. Tapi sewaktu waktu lo mau nangis, pundak gua ada buat lo.”

“Alay banget nangis.”

“Anjing nih bocah.”

Diusaknya rambut Sierra yang lebat itu. Dunia hanya milik berdua, yang lainnya ngontrak.


🍂


Raja dan teman temannya segera menghampiri orang tersebut yang sejak tadi mengumpat di belakang semak semak.

“Mas mas,” panggil Tama lembut.

Orang itu berbalik dan..

Bugh

“Ngapain lo hah?”

Bugh

“Siapa yang nyuruh lo ngikutin cewe gua HAH?”

Bugh

Perkelahian tersebut mengundang segala atensi dari mahasiswa dan mahasiswi lainnya, termasuk Sierra yang baru saja kembali dari toilet.

“RAJA UDAH!” teriaknya. Namun Raja tetap tidak berhenti.

“Ja ja, udah ah udah. CUKUP JA!”

“Dia ngikutin lo Ra. Bahkan sampai naruh alat pelacak di tas lo.”

Sierra terdiam dalam seribu bahasa. Jadi sejak tadi ada yang mengikutinya?

Bugh

“Bilang sama atasan lo, gak usah ngikutin gua. It's privacy.”

Bugh

“Dah dah, cabut. Yang lain bubar!” ujar Yudis.


🍂


Cukup lama Raja menunggu teman temannya datang. Dirinya hanya membuka whatsapp, twitter, whatsapp lagi, twitter lagi, begitu seterusnya. Sampai tiba saatnya, seseorang yang tidak ingin Raja sukai datang dan duduk di sampingnya.

“Mana cewe lo? Ditinggal ya? Kasian banget.”

“Sorry nih. Cewe gua di kelas nimba ilmu. Lah lo diluar ngapain? Nyari cowo? Cih.”

“Gua dah pinter. Sorry aja ya, gua juara umum pas SMP.”

“Gak peduli.”

“Sierra juara umum gak? Enggak ya? Kasian banget.”

“Lagian ngapain lo pacarin cewe gak jelas kayak dia? Pinter juga enggak. Kemana mana juga gua yang pinter,” sambungnya.

“Bacot lo Valen. Mending lo pergi deh sana. Yang jauh dan gak usah balik.”

“Ngapain juga gua disini lama lama. Bye.”

“Tuhan, mengapa Kau kirimkan manusia tidak jelas seperti Valen?” batin Raja sambil mengusap dadanya.

Tanpa disadari, obrolan tadi dilihat dan didengar oleh salah satu orang. Orang itu adalah orang yang mengikuti Sierra dan Raja sejak tadi.


🍂


“Kita dijodohin,” katanya.

“Tahu. Gua gak mau pokoknya.”

“Lo nih ciri ciri beban keluarga ya? Disuruh ini gak mau, itu gak mau. Perjodohan ini tuh simpel Ra.”

“Buat lo yang gak punya gandengan simpel. Buat gua yang udah punya gandengan, gak.”

“Yaudah putusin aja cowo lo. Lo putus sama dia, lo gak ada gandengannya kan? Setelahnya lo tunangan sama gua, nikah sama gua, selesai.”

“Gua gak mau.”

“Lagian kalo lo nikah sama gua, semua kebutuhan lo bakal gua penuhin. Lo mau apa? Beli pulau? Gua jabanin.”

“Sorry, gua bukan bokap gua yang gila harta.”

“Pokoknya, lo harus sama gua Ra.”

Sierra tidak menggubris. Ia mengeluarkan handphonenya dan menelpon Raja.

“Lo nelfon siapa?” tanya Winan penasaran.

“Napa Ra?” tanya Raja dengan suara seraknya. Sepertinya Raja baru saja bangun tidur.

“Eh lo siapanya Sierra?” tanya Winan menyambar.

“Gua pacarnya bang. Gua mohon banget nih bang sama lo, cewe gua jangan diembat. Lo anak baru disini, jangan sok keras bang.”

Winan terdiam. Ia kesal, ia marah.

“Putusin Ra.”

“Lo siapa ngatur gua?”

“Putusin.”

“Ogah.”

“SIERRA!”

Tangan itu sudah melayang dan hampir mengenai pipi kiri Sierra, namun Jo menahannya.

“Lo siapa lagi?”

“Modelan gini jadi pendampingnya adek gua? Gak salah?”

“Bener kata Raja, lo gak usah sok keras. Anak baru diem aja.”

Jo melepaskan tangannya dan menarik Sierra pergi.

“Satu lagi.”

Bugh

“Hadiah karena lo mau lukain adek gua.”