🍂


“Kita dijodohin,” katanya.

“Tahu. Gua gak mau pokoknya.”

“Lo nih ciri ciri beban keluarga ya? Disuruh ini gak mau, itu gak mau. Perjodohan ini tuh simpel Ra.”

“Buat lo yang gak punya gandengan simpel. Buat gua yang udah punya gandengan, gak.”

“Yaudah putusin aja cowo lo. Lo putus sama dia, lo gak ada gandengannya kan? Setelahnya lo tunangan sama gua, nikah sama gua, selesai.”

“Gua gak mau.”

“Lagian kalo lo nikah sama gua, semua kebutuhan lo bakal gua penuhin. Lo mau apa? Beli pulau? Gua jabanin.”

“Sorry, gua bukan bokap gua yang gila harta.”

“Pokoknya, lo harus sama gua Ra.”

Sierra tidak menggubris. Ia mengeluarkan handphonenya dan menelpon Raja.

“Lo nelfon siapa?” tanya Winan penasaran.

“Napa Ra?” tanya Raja dengan suara seraknya. Sepertinya Raja baru saja bangun tidur.

“Eh lo siapanya Sierra?” tanya Winan menyambar.

“Gua pacarnya bang. Gua mohon banget nih bang sama lo, cewe gua jangan diembat. Lo anak baru disini, jangan sok keras bang.”

Winan terdiam. Ia kesal, ia marah.

“Putusin Ra.”

“Lo siapa ngatur gua?”

“Putusin.”

“Ogah.”

“SIERRA!”

Tangan itu sudah melayang dan hampir mengenai pipi kiri Sierra, namun Jo menahannya.

“Lo siapa lagi?”

“Modelan gini jadi pendampingnya adek gua? Gak salah?”

“Bener kata Raja, lo gak usah sok keras. Anak baru diem aja.”

Jo melepaskan tangannya dan menarik Sierra pergi.

“Satu lagi.”

Bugh

“Hadiah karena lo mau lukain adek gua.”