Between Us


Tibalah mereka di bandara pukul 7.15 malam. Tidak banyak yang di ucapkan sebagai salam perpisahan karena waktunya juga terlalu mepet.

Well, jaga diri baik baik ya Ki,” ujarnya sambil memeluk tubuh sepupunya itu. Air mata mulai turun dan membasahi pipi juga baju yang dikenakan Eric.

“Jangan nangis. Lo masih bisa nelpon gua”

“Mahal kali bang. Kia mana mampu,” sahut Ale mencairkan suasana.

“Ah lo berisik. Lagi dramatis malah bercanda,” ejek Eric.

Pelukan yang berlangsung selama 1 menit itu berakhir.

“Jen,” panggilnya sambil menepuk pundak yang dipanggil.

“Titip Kia. Tolong dijaga, dilindungi, semua dah pokoknya”

“Iya”

“Jangan lecet atau lo gua tonjok”

“Iya. Lo tenang aje”

“Soal perusahaan bokap lo..”

“Makasih udah dibantu”

“Itu hadiah buat lo karena lo selalu ada buat Kia. Jadi gua harap, lo selalu ada buat Kia kayak biasanya”

“Makasih banyak”

Eric mulai melangkahkan kakinya. Menjauh dan semakin jauh. Dan semakin lama, batang hidungnya tak terlihat.