Between Us


Dikendarainya mobil itu menuju pantai, tempat mereka melakukan photo pre wedding.

“Maaf mbak..”

“Jean dimana pak?”

“Akibat hantaman ombak, mas Jean dinyatakan telah tiada. Kami turut berduka”

“Bercanda. Pasti bercanda, iya kan?”

“Mbak”

“BILANG INI BOONG. BILANG INI PRANK”

“Mbak. Mohon tenang dan ikhlaskan ya?”

“GAKK. JEAN MASIH HIDUP PAK. BAPAK SALAH ORANG. JEAN MASIH ADA DI SANA. CARI LAGI PAK”

“Mbak..”

Kantung berwarna orange kini adalah musuh bagi Kia.

“I-ini?”

“Ini mayatnya Mas Jean, mbak”

Kia mendekatkan dirinya. Ia buka resleting itu perlahan dan memastikan isinya bukanlah Jean.

“Je-Jean..”

Wajah pucat, bibir pucat, tubuh dingin, itulah keadaan Jean saat ini.

“JEANNN”

Air mata terus mengalir deras tak terhenti. Dadanya sesak tak bisa bernafas normal. Ia masih tidak percaya, dirinya kehilangan orang yang begitu ia cintai.

“Aku ikhlas. Harus ikhlas. Aku relakan kamu kembali ke tangan Sang Pencipta”

“Bahagia disana ya Jean”

Sebelum ditutup, Kia mengecup dahi Jean perlahan sebagai tanda dirinya benar benar melepaskan Jean.