Between Us


“Kia, coba nak dibangunin Jean nya”

“Ok tante”

Kia beranjak naik ke atas. Anak tangga yang tergolong cukup banyak itu ia injak perlahan.

“Jean. Hey. Babe”

“Hmm”

Wake up. Udah siang”

“Hmm”

Jean tidak kunjung membuka matanya.

Hey

Just one minute please

Okay fine

Jean tersenyum tipis. Segera ia menarik selimutnya, lagi.

“Udah abis. Ayo bangun Jean”

“Gendong”

“Mana kuat aku gendong kamu, aneh”

Perlahan, Jean membuka matanya. Cahaya matahari yang telah memenuhi kamarnya, juga seorang wanita yang sejak tadi duduk di pinggir kasur membuatnya sedikit terkejut.

Morning. Ayo bangun makan”

Jean terdiam. Bukannya berdiri, Jean malah menarik Kia dalam pelukannya.

“Stop. Ayo turun makan. Tadi aku masak bareng mama kamu”

Dana akhirnya setelah sekian lama, Jean mau berdiri dan turun ke bawah untuk makan.


Tingtong.. Suara bell rumah yang menggema dan membuat riwuh satu rumah.

“Gapapa tante, Kia aja yang buka”

Dengan langkahnya yang kecil, Kia berjalan menuju pintu depan.

“Halo”

“Eh iya halo”

“Aku tetangga baru. Rumahku di sebelah rumah ini”

“Oh iya hehe”

“Ini ada sedikit hadiah. Diterima ya”

“Oh iya. Makasih ya”

“Ngomong ngomong, kamu siapanya ya? Putrinya? Atau pembantunya?”

“Hah? Sinting kali nih orang ngatain gua pembantu”

“Setahu aku, rumah ini cuma punya 2 anak laki laki. Gak mungkin kamu mamanya karena kamu masih muda”

“Calon mantu”

“Oh.. Btw lagi, aku boleh masuk gak ya?”

“Sorry, gak bisa. Gua sibuk”

Kia yang sudah menggebu – gebu segera menutup pintu, namun ditahan oleh gadis tersebut.

“Okay maaf. Ngomong – ngomong, aku Riri” ujarnya sambil menjulurkan tangan kanannya.

“Kia” jawabnya singkat.

“Permisi” ujarnya lagi. Kia menutup pintu tersebut dan berjalan menuju arah dapur.

“Siapa? Kok lama?” tanya Jean.

“Tetangga baru katanya. Gak jelas banget, aku males”

“Sini duduk makan. Biarin aja orang kayak gitu, gak usah dipikirin”