Between Us


“Makan dulu Ki. Tadi lo makan aja gak abis,” bujuk Eric.

“Gua mau makan sama Ale”

“Ale bakal sedih kalo kamu gak makan. Makan ya?” kali ini Jean yang membujuk.

“Aku takut..” ujarnya. Air mata itu akhirnya keluar lagi tanpa izinnya dan membasahi pipi.

“Gak, Ale gak kenapa kenapa,” ujar Jean menenangkan sambil memeluknya.

Terhitung sudah 2 jam mereka menunggu di depan pintu operasi dan berharap dokter keluar membawa kabar baik untuk mereka semua.

“Dengan keluarga Ale?”

“Gi-gimana dok? Anak saya se-se-selamat kan?” tanya sang ayah.

“Dok. Tolong..” ucap sang ibu.

“Operasi berhasil. Kami sudah menghentikan pendarahannya dan sudah membersihkan bekasny. Namun, Ale harus beristirahat di rumah sakit dulu sampai keadaannya benar benar pulih”

Semua bernafas lega. Kia mengucapkan syukur pada Tuhan karena telah menyelamatkan adiknya, kedua orang tua yang menangis sambil mengucapkan terima kasih pada dokter dan Tuhan, begitu pula Eric.

“Ale sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang inap. Kalau begitu, saya permisi”

Setelah dokter keluar, semua teman Kia menghampirinya dan memberikan kekuatan pada Kia.

“Ale gak apa apa Ki. Jangan nangis terus,” ujar Fani menenangkan.

“Ale kuat Ki, dan akan selalu begitu,” sambung Rehan.