Between Us


“Eh Kia! Gimana ujiannya? Lancar?”

“Lamcar kok ma”

“Syukur deh kalo lancar. Jean? Lancar?”

“Lancar tapi kebanyakan capcipcup”

“Makanya belajar. Kamu punya pacar sepinter Kia. Kalau ada apa apa tanya Kia, ya tidak Kia?”

“Gengsi ma”

“Hilih. Yaudah sana pada naik. Nanti mama panggil kalau udah makan malam”

“Aku bantu mama ajaa”

“Gak usah. Mama mah gampang. Kamu naik aja berdua sama Jean. Gih”

“Bener?”

“Iyaa. Sana sana”


Setelah menghabiskan waktu cukup lama, akhirnya makanan telah siap. Mama telah memanggil keduanya untuk turun, termasuk Arka.

“Kapan pulangnya pa?” tanya Arka.

“Barusan”

“Halo om, selamat malam,” sapa Kia. Ia segera menghampiri ayah Jean dan mencium tangannya.

“Kia apa kabar? Sudah lama tidak bertemu”

“Baik om”

“Syukurlah kalau baik. Oh iya, om mau mint-”

“Gapapa om. Mungkin kemarin om stress jadi gak bisa mikir apa apa lagi dan akhirnya pasrah sama keadaan”

“Ok sebenarnya malu. Terlebih sekarang om dibantu sama salah satu anggota keluargamu”

“Gapapa om. Eric bantu om juga ikhlas. Jadi, om jangan merasa bersalah, malu, atau apapun itu”

“Maafin om yang dulu ya, Kia”

“Gapapa om. Ayo om, makan bareng bareng”

Satu keluarga itu akhirnya duduk di meja makan dan menyantap makanan yang telah disediakan. Tawa dan canda yang memenuhi ruangan membuat suasana di meja makan terasa hidup dan menyenangkan.