Between Us


“EH EH ITU KAK HARSA,” teriak salah satu adik kelas yang telah menunggu. Benar saja, semua orang telah menunggu Harsa sejak tadi.

“Tenang, gua ini orangnya selalu menepati janji”

“Pret. Itu duitnya Jean guys. Jangan percaya sama Harsa,” celetuk Fani.


Dipesannya bakso untuk orang orang yang kini berada di kantin. Satu per satu mangkok mulai diantarkan dan satu per satu orang mulai memakannya.

Asik di tengah aktivitas makannya, Harsa sempat pergi entah ke mana. Tidak ada yang peduli karena bakso di depannya lebih menggoda dari pada Harsa.

“FAN!” teriaknya.

Tentu, satu sekolah melihat ke arah teriakan tersebut. Harsa yang memegang satu bucket bunga itu mulai berjalan menghampiri Fani.

“CIEE KAK FANII” teriak seisi kantin.

“Fan, gua tahu gua gila. Tapi, gua gak sanggup lagi kalau harus nahan”

“Jadi?”

“Lo mau gak jadi pacar gua?”

“CIEEEE”

Di tengah keributan itu, Jean datang. Ia langsung menghampiri meja teman temannya dan duduk di sebelah pacarnya, Kia. Sebelum duduk, ia sempat berbisik pada Harsa dan menepuk pundaknya.

“Lo mau gak?” tanyanya lagi. Kali ini, Harsa berlutut sambil memberikan bucket yang telah ia bawa.

“Terima aja. Dari pada lo nangis nangis,” celetuk Kenzie.

“Lama ah lo. Kasian itu Harsa lumutan,” celetuk Rehan.

“Terima dong temen gua. Kasian tuh,” kali ini Javie yang yang berbicara.

“Mau,” katanya perlahan.

“Apa Fan? Gak denger”

“Iya mau, Harsa,” ulangnya mulai keras.

“Apa sih Fan? Kecil banget.” Sebenarnya, Harsa mendengarnya, namun ia mau mengerjai Fani.

“Teriak Fan,” celetuk Jean.

“IYA MAU HARSA”

“CIEEEEE KAK HARSA CIEEE”

Fani mengambil bunga dari tangan Harsa dan memeluknya di hadapan banyak orang.

“Flashback Kia Jean gak sih?” tanya Kenzie.

“Bedanya Jean di tengah lapangan,” sahut Javie.

“Jangan diingetin dong. Malu bro,” jawab Kia.


“Waduh selamat ya bro, pj jangan lupa,” sahut Rehan.

“Permen karet mau?”

“Anjing. Sama aja kayak pasangan depan gua,” ujar Javie.

“Gak suka aja lo,” jawab Kia.