🍃
Kia turun dari kamarnya menuju lantai bawah untuk makan bersama dengan keluarganya.
“Sini kak,” ajak sang ayah.
Perlahan, Kia melangkahkan kakinya mendekati meja itu.
“Makan dulu kak”
Nasi, lauk, dan sayur diambilkan sang ibu. Seperti biasa, porsinya selalu pas untuk Kia.
Di tengah acara, Ale membuat keributan dan membuat satu sama lain tertawa, namun tidak dengan Kia. Dirinya diam sejak tadi. Ia pusing memikirkan Jordan, dirinya, Jean, dan hal lainnya.
“Ngapa lo? Tipes?” tanya Ale.
“Bun. Kia mau”
“Mau apa kak?”
“Mau nerima perjodohan ini”
“Kamu beneran mau?”
“Iya. Tapi aku gak mau lanjut ke pernikahan sampai aku bisa hilangin sikap buruknya”
“Iya terserah kamu kak. Tapi ingat ya, jangan ubah dia jadi seperti Jean. Cukup ubah sikap buruknya”
“Ntar kalo lo nikah bakal ikut suami gak kak?” tanya Ale.
“Menurut lo?”
“Ikut”
“Nah pinter”
“Berarti bakal sepi dong rumah”
“Kangen ye lo.. Tenang, masih lama”
“Gua malah seneng kalo rumah gaada lo. Tentram. Hawa negatifnya gaada”
“Kampret”